Jumat, 29 Januari 2010

RINDU INI PADA MU

Ketika embun mulai menetes di ujung tiap daun

Warna langit pun mulai merona

Memancarkan sinar mentari yang indah

Sehingga cahayanya membaur seiring datangnya pagi

saat itu ku beranjak dari peraduan

menyibak selimut yang memanjakan sepanjang malam

ku buka mataku perlahan

tuk rindukan senyuman mu

Wajahmu yang selalu memancarkan senyuman

Takkan pernah luput dari ingatan

Ku nantikan pertemuan itu sayang

Sambutlah aku dengan senyumanmu

Tuhan hanya doa suci yang terucap

Tulus dari dalam lubuk hati

Satukan kami…padukan dalam satu kehidupan

Kugantungkan wajahnya bak hiasan diri

Terbingkai oleh pigura kesetiaan

Kan kubacakan seribu puisi cinta

Kan ku ukirkan dengan tinta asmara

Dahan daun biarkan berguguran

Namun tetap pada tangkainya.

cintaku terpatri hingga dalam lubuk hati

biarkan diri ini berjanji pada cinta suci

                                                                                                        18/02/09

Senin, 25 Januari 2010

in memorian..

ketika ku sedang serius menjawab setumpuk soal ujian nasional di hari kedua ku, ku terhanyut menjawab sekian soal yang ada di hadapanku. hal ini karena sudah ku persiapkan beberapa bulan sebelumnya..

tiba-tiba dari depan ruang ujian itu, kepala sekolah perlahan menghampiriku dan memperhatikan sekian jawabanku.

sudah selesai menjawab soalnya " tanya kepala sekolah padaku

sebentar lagi pak, ada beberapa soal yang belum selesai " jawabku sambil menunduk...

lalu pak herman kepala sekolahku berbisik padaku bahwa di kantor ada pamanku yang menunggu.

akhirnya ku tergesa selesaikan soal-soal itu, karena sudah lama ku belum ditengok oleh ayahku, setelah seminggu sebelumnya ku mendapat kabar kalau beliau sakit.. dan sekarang mungkin meminta pamanku yang menjengukku di pesantren.

setelah selesai mengerjakan soal ku izin ke pengawas ruangan kalau sudah ada keluargaku yang menunggu di ruang tamu.

sesampainya ku di pintu ruang tamu, pamanku memelukku dan langsung mengajakku untuk masuk ke mobilnya sambil berkata kalau beliau sudah izin ke pengurus asrama untuk mengajakku pulang.

selama perjalanan pulang ku tak diajak ngobrol yang serius oleh pamanku dan tidak menjlaskan alasan mengajakku pulang. beliau hanya bertanya berkenaan dengan ujian nasionalku di hari kedua. 

karena setahuku beliau adalah pengawas di dinas pendidikan, ku utarakan keluhanku kalau soal di hari kedua lebih sulit dibandingkan di hari pertama.

sekitar 500 meter mendekati rumahku, baru ku tersadar kenapa pamanku menjemputku di saat ku sedang ujian..?? 

lalu ku tanyakan pada pamanku alasan menjemputku, kenapa ada kramaian di sekitar rumah...??

selama perjalanan pamanku terdiam dan tidak menjawab pertanyaanku, sambil ku melirik ke kiri dan kanan jalan orang-orang berduyun-duyun dari rumahku..

ada isak tangis, raut muka sedih dan kepala menunduk dari sekian orang yang ku lihat dari mobil. 

setelah pamanku memarkirkan moblinya di depan rumahku, bergegas ku berlari tanpa menghiraukan siapapun yang ingin mencegahku masuk..

dari hadapan pintu depan, ku melihat ayahku sudah terbujur kaku di tengah rumah dan berkain kafan putih.. sekelilingnya keluargaku dan masyarakat sedang mengaji untuk ayahku.. inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, ini lah ternyata ujian ku yang sesungguhnya...

bukan hanya ketika ku sedang mengerjakan ujian nasional, namun juga Allah mengujiku dengan musibah ini. rasa sedihku yang mendalam ketika ku dipeluk mamah, dengan cucuran air matanya..

teteh ku yang sudah tak kuasa menahan air matanya terus menangis di pangkuan nenekku, lalu ku tengok di pojok rumah adik-adiku yang sudah menangis sedih.

inilah cobaan terberatku, ku terkenang pertemuan terakhirku sebulan sebelumnya. ayahku pertama kali mengajakku berdiskusi tentang persoalan agama, persoalan pesantren dan beliau menasihatiku untuk belajar lebih giat dan melanjutkan cita-citanya.

dengan cucuran air mata ku tulis ini, karena ku rindu pada ayah yang membimbingku dari kecil, beliau yang selalu mengajakku ke manapun pengajian yang beliau ikuti, kepana pun ziarah yang beliau adakan, dan selalu menasihatiku dan teman-temanku di surau itu..

kini sebagai anak yang harus berbakti pada orang tua, ku hanya mampu berdo'a semoga Allah menerima semua amal ibadahnya, dan ku ingin selalu mengkitu seluruh nasihatnya dan ku harus mewujudkan cita-citanya.

Allahummaghfirli wali walidayya war ham huma kama robbayani soghiro..

mengenang haul KH. M. Ghazaly


in memorian..

ketika ku sedang serius menjawab setumpuk soal ujian nasional di hari kedua ku, ku terhanyut menjawab sekian soal yang ada di hadapanku. hal ini karena sudah ku persiapkan beberapa bulan sebelumnya..

tiba-tiba dari depan ruang ujian itu, kepala sekolah perlahan menghampiriku dan memperhatikan sekian jawabanku.

sudah selesai menjawab soalnya " tanya kepala sekolah padaku

sebentar lagi pak, ada beberapa soal yang belum selesai " jawabku sambil menunduk...

lalu pak herman kepala sekolahku berbisik padaku bahwa di kantor ada pamanku yang menunggu.

akhirnya ku tergesa selesaikan soal-soal itu, karena sudah lama ku belum ditengok oleh ayahku, setelah seminggu sebelumnya ku mendapat kabar kalau beliau sakit.. dan sekarang mungkin meminta pamanku yang menjengukku di pesantren.

setelah selesai mengerjakan soal ku izin ke pengawas ruangan kalau sudah ada keluargaku yang menunggu di ruang tamu.

sesampainya ku di pintu ruang tamu, pamanku memelukku dan langsung mengajakku untuk masuk ke mobilnya sambil berkata kalau beliau sudah izin ke pengurus asrama untuk mengajakku pulang.

selama perjalanan pulang ku tak diajak ngobrol yang serius oleh pamanku dan tidak menjlaskan alasan mengajakku pulang. beliau hanya bertanya berkenaan dengan ujian nasionalku di hari kedua.�

karena setahuku beliau adalah pengawas di dinas pendidikan, ku utarakan keluhanku kalau soal di hari kedua lebih sulit dibandingkan di hari pertama.

sekitar 500 meter mendekati rumahku, baru ku tersadar kenapa pamanku menjemputku di saat ku sedang ujian..??�

lalu ku tanyakan pada pamanku alasan menjemputku, kenapa ada kramaian di sekitar rumah...??

selama perjalanan pamanku terdiam dan tidak menjawab pertanyaanku, sambil ku melirik ke kiri dan kanan jalan orang-orang berduyun-duyun dari rumahku..

ada isak tangis, raut muka sedih dan kepala menunduk dari sekian orang yang ku lihat dari mobil.�

setelah pamanku memarkirkan moblinya di depan rumahku, bergegas ku berlari tanpa menghiraukan siapapun yang ingin mencegahku masuk..

dari hadapan pintu depan, ku melihat ayahku sudah terbujur kaku di tengah rumah dan berkain kafan putih.. sekelilingnya keluargaku dan masyarakat sedang mengaji untuk ayahku.. inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, ini lah ternyata ujian ku yang sesungguhnya...

bukan hanya ketika ku sedang mengerjakan ujian nasional, namun juga Allah mengujiku dengan musibah ini. rasa sedihku yang mendalam ketika ku dipeluk mamah, dengan cucuran air matanya..

teteh ku yang sudah tak kuasa menahan air matanya terus menangis di pangkuan nenekku, lalu ku tengok di pojok rumah adik-adiku yang sudah menangis sedih.

inilah cobaan terberatku, ku terkenang pertemuan terakhirku sebulan sebelumnya. ayahku pertama kali mengajakku berdiskusi tentang persoalan agama, persoalan pesantren dan beliau menasihatiku untuk belajar lebih giat dan melanjutkan cita-citanya.

dengan cucuran air mata ku tulis ini, karena ku rindu pada ayah yang membimbingku dari kecil, beliau yang selalu mengajakku ke manapun pengajian yang beliau ikuti, kepana pun ziarah yang beliau adakan, dan selalu menasihatiku dan teman-temanku di surau itu..

kini sebagai anak yang harus berbakti pada orang tua, ku hanya mampu berdo'a semoga Allah menerima semua amal ibadahnya, dan ku ingin selalu mengkitu seluruh nasihatnya dan ku harus mewujudkan cita-citanya.

Allahummaghfirli wali walidayya war ham huma kama robbayani soghiro..

mengenang haul KH. M. Ghazaly