Senin, 03 Desember 2007

Masa Remaja adalah Masa Berkarya

Masa Remaja adalah masa berkarya
Oleh : Hasbulloh
(disampaikan pada silaturrahmi Himpunan Mahasiswa Manajemen dengan keluarga besar Panti Asuhan Assaidah di Kedung Halang Bogor pada tanggal 02 Desember 2007)


PENDAHULUAN

Saudaraku sekalian, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.

MASA REMAJA
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.

REMAJA DAN KARYA
Bagi remaja, berkarya harus dijadikan satu tradisi, kebiasaan dan kelaziman. Ada banyak jenis kegiatan berkarya bisa dilakukan oleh remaja. Remaja harus membiasakan diri dengan melakukan latihan mencatat. Namun catatan harus dikembangkan lagi supaya bukan hanya mencatat tentang orang tetapi lebih dituntut ialah memikirkan idea sendiri. Di sinilah kegiatan berkarya itu lahir.

Pertama, remaja harus rajin membaca, bergaul dan berkomunikasi dengan orang atau pihak lain. Melanjutkan pembacaan, pergaulan dan perhubungan banyak ilham dan isi-isi karya boleh diketengahkan. Para remaja harus memiliki sifat peka, sensitif, keinginan ambil tahu dan perspektif terhadap area sekitarnya, analisis terhadap apa yang terjadi dan berjiwa kritis terhadap pandangan dan pendapat. Cara begini menjadikan pemikiran berkembang dan kematangan berfikir berlaku.

Kedua, remaja harus menjadi seorang pendengar yang tekun dan pencatat yang baik. Kita sering mendengar orang berceramah tetapi jarang di kalangan remaja mengambil catatan, nota atau isi-isi penting. Biasanya kita hanya mendengar begitu saja. Jadikan suatu kegiatan bila kita mendengar ceramah, kita bawa catatan untuk menulis apa yang diceramahkan.

Mungkin materi yang disampaikan oleh pembicara merupakan sesuatu yang baru. Remaja harus mengolah dan menulisnya yang awalnya hanya dalam bentuk yang berlainan supaya apabila diterbitkan atau di sampaikan akan memberi manfaat kepada orang lain. Orang-orang Barat amat senang membuat catatan, Tradisi ini amat berguna menjadikan mereka catatan zaman dan peristiwa untuk dianalisis, direnung dan dipelajari oleh generasi mendatang.

Ketiga, para remaja yang memiliki bakat sebagai penulis kreatif, pelukis, penggubah maupun tulisan yang bukan kreatif harus menjadikan berkarya sebagai penyaluran bakatnya.

Karya-karya yang baik dan berkualiti bisa memberikan ilmu, maklumat, pengalaman dan teladan malah ilham kepada remaja menghasilkan karya-karya yang bermutu dan sekaligus dapat menyampaikan risalah tertentu dalam karyanya supaya pembaca dapat menikmati perspektif yang ingin dibawanya.

Alam yang luas ini adalah sumber yang maha kaya bagi remaja untuk berfikir, mengolah pemikiran dan menghasilkan karya. Alam ini dengan segala isi, peristiwa dan kejadiannya memberikan iktibar yang banyak. Para remaja yang mempunyai daya kreatif yang tinggi bisa mengolahnya dalam bahasa dan sastera yang indah, dalam lukisan dan candaan yang menarik, dalam lirik puisi dan lagu yang memikat dengan maksud bahawa sesuatu yang dihasilkan itu semuanya mempunyai hikmah yang tersendiri di kalangan mereka yang mau berfikir.

Waktu membaca judul di atas, apa yang kalian pikirkan pertama kali? Bekerja? Melakukan sesuatu untuk menghasilkan uang?

Berkarya bisa dimulai sedini mungkin. Berkarya tidak hanya untuk orang dewasa. Remaja seperti kita pun sudah dapat belajar untuk berkarya. Contohnya, pelajar SMA yang berhasil dalam Olimpiade Internasional, band anak muda, remaja yang membuat karya yang dapat dikonsumsi seperti tas, kalung, pakaian; intinya dapat menghasilkan sesuatu, berupa uang atau nama baik dan predikat.

Ada baiknya kita melihat kesuksesan para remaja yang berkarya di negara lain. India, misalnya. Para remajanya mencetak prestasi dalam bidang perfilman. Mereka menghasilkan 877 film dan 1.177 film pendek tahun 2003. Hebatnya, film India diperkirakan menarik penonton sebanyak 3,6 miliar orang per tahun, atau satu miliar orang lebih banyak dari film produksi Hollywood.

Kehadiran bakat generasi muda semakin mengangkat nama Indonesia yang sering mendapat predikat negatif. Banyak remaja Indonesia turut mengharumkan nama bangsa di mata internasional dengan prestasi yang didapatnya, seperti Masruri yang telah menjuarai lomba catur tingkat ASEAN tahun 2007 dan termasuk 10 besar pecatur cilik dunia.

Intinya berkarya yang baik adalah di mana karya tersebut dapat membantu orang lain dan bisa membuat diri menjadi lebih berkembang. Berkarya tidak selalu menghasilkan uang. Berkarya pada usia muda sebaiknya lebih merujuk pada tujuan untuk menambah wawasan dan mengembangkan diri.


Keuntungan:
  1. Mengembangkan minat dan bakat melalui karya yang dibuat.
  2. Memperluas relasi dan dikenal banyak orang.
  3. Menambah nilai-nilai kehidupan selama berkarya seperti mengenal macam- macam pribadi  orang, kerja sama, dan lainnya.
  4. Menambah pengalaman yang menjadikan kita lebih matang, seperti kata pepatah      "Experience is the best teacher ever!"
  5. Karya yang bersifat komersil akan menambah uang jajan, syukur-syukur dapat dijadikan penghasilan.
  6. Dengan bermodalkan relasi dan prestasi yang banyak, mempermudah kita mendapatkanlowongan kerja.
Kerugian:
  1.  Terlalu sibuk berkarya akan mengganggu kegiatan-kegiatan yang lain.
  2. Apabila manajemen waktu buruk, akan memengaruhi prestasi belajar sehingga dapat menurun.
  3. Tidak menutup kemungkinan selama berkarya akan masuk pengaruh- pengaruh negatif, seperti menjadi malas sekolah karena merasa sudah hebat atau sudah dapat mencari uang sendiri.
  4. Mayoritas, kesuksesan dalam berkarya baik secara langsung maupun tak langsung akan menyebabkan kita terbuai dalam kesenangan semata sehingga kita cenderung lupa akan tugas pokok kita, yaitu belajar.

PENUTUP
Sesungguhnya memang diri sendiri itulah pelindung bagi diri sendiri. Suka dan duka yang kita alami adalah hasil perbuatan kita sendiri. Sebab, oleh diri sendiri kejahatan dilakukan; oleh diri sendiri pula kejahatan dapat dihindarkan. Oleh karena itumembiasakan diri untuk berkarya diharapkan anak akan dapat membawa diri dan menjaga dirinya sendiri agar dapat tercapai kebahagiaan. Kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Kebahagiaan bagi orangtuanya. Kebahagiaan bagi lingkungannya.

4 komentar:

amazing youth mengatakan...

bener tueee.....karya karya dan karya...hehehe

Hasbulloh ghozaly mengatakan...

betul lah kita harus terus berkarya...

himaka 2006 mengatakan...

berkarya seperti apakah yang lebih disenangi, paling tidak remaja atau kalangan mahasiswa bisa melaksanakannya tanpa rasa terpaksa? mohon inputnya mas hasbulloh.

matt Jv

Hasbulloh ghozaly mengatakan...

paling tidak karya remaja dan mahasiswa adalah pada bidang kreativitas, baik ide kreatif maun kerajinan kreatif... banyak sekali cara mencari ide kreatif minmal dari seala hal yang ada di sekitar kita, semoga berkarya dalam bentuk kreativitas....