Minggu, 07 Maret 2010

Pesantren : Deradikalisasi dan Kearifan Lokal (2)

Tidak ada satu pesantren pun di Indonesia yang mengajarkan faham radikalisme apalagi yang mengarah pada terorisme " itulah penegasan kuat dari Kiyai Nasrudin Latif pada saat menerima kunjungan dua peneliti yaitu Prof. Mark Woodward dari Arizona State University dan  Ali Amin, MA dari CRCS UGM

Menuduh pesantren sebagai tempat persemaian kaum teroris hanya karena alasan-alasan seperti tu sangatlah berlebihan. Faktanya adalah ide-ide radikalisme yang pendorong para teroris menjalan bebagai aksinya itu bersemai di luar pesantren. Tidak ada satu pesantren pun di Indonesia yang membenarkan aksi-aksi radikal semacam itu. Pesantren bukanlah sarang teroris" secara kuat kiyai menegaskan.

Dengan menyampaikan penegasan tersebut kepada peneliti, setidaknya kiyai dan kalangan pesantren memiliki harapan besar pada kunjungan peneliti tersebut untuk ikut serta dengan basis keilmuannya menjelaskan bahwa pesantren bukanlah tempat radikalisasi justeru sebagai tempat deradikalisasi dan pengembangan kearifan lokal.

Sampai saat ini, menurut saya pesantren selalu menjadi kambing hitam dari penyelewengan pemberitaan dari berbagai media massa yang serta merta hanya menyudutkan pesantren sebagai pusat pengembangan faham radikal. Ditambah lagi dari berbagai pernyataan akademisi yang tidak secara utuh memotret kehidupan pesantren, dan juga tidak jelas sumber rujukan yang digunakan oleh akademisi tersebut. Sehingga hanya memperkuat keinginan media dalam menyudutkan pesantren dan diamini oleh negara barat yang mencari kambing hitam atas pembenaran hegemoni yang mereka lakukan.

Padahal, sudah kita saksikan di pentas kepemimpinan nasional, banyak lulusan pesantren yang mampu mengisi berbagai kepemimpinan publik dan mampu mewarnai kehidupan kemasyarakatan di bangsa ini.

Kontribusi pesantren terhadap pengembangan masyarakat menurut saya lebih dahulu dilakukan sebelum negara ini berdiri secara de facto dan de jure, karena perjuangan para walisongo yang mengembangkan sistem pendidikan padepokan dan pengajian ternyata mampu merubah paradigma masyarakat menjadi masyarakat yang berwawasan, memiliki rasa toleransi yang tinggi dan kesantuan yang disanjung oleh bangsa manapun yang berkunjung ke bumi pertiwi ini.

kontribusi pesantren kepada bangsan dan negara telah ada sejak lama, jejaknya sejak negara yang bernama Indonesia ini belum berdiri.

Dengan eksistensinya sebagai sistem lembaga pendidikan tertua yang ada di bumi pertiwi ini, walaupun tanpa dukungan yang utuh dari pemerintah, ternyata pesantren sampai saat ini mampu bertahan sebagai lembaga pengembangan masyarakat yang senantiasa dekat di hati masyarakat.

Daarul Uluum, misalnya, sebagai salah satu pesantren tertua di Kota Bogor,  selalu mendidik para santrinya untuk memiliki kepribadian dan sikap hidup yang jelas, mandiri, namun tetap toleran dengan perbedaan dan keanekaragaman.


Tidak ada komentar: