Sabtu, 27 Februari 2010

Menjadi Santri Digital

Tuntutlah ilmu sampa negeri china " itulah kalimat penyemangat yang sering diungkapkan oleh Kiyai di Pesantren Daarul Uluum tempatku belajar.

memang kalimat itu sering ku bayangkan agar aku bisa belajar ke tempat yang jauh untuk menimba pengalaman yang lebih banyak.

Dengan berbagai keterbatasan, keinginanku takkan pernah surut untuk mendapatkan wawasan global yang go internasional. Walaupun tidak bisa secara langsung mengunjungi tempat-tempat pengembangan ilmu yang pesat seperti negara-negara maju, namun aku tetap ingin belajar dari berbagai macam tradisi keilmuan.

Diawali dengan belajar di pesantren, ku mulai bersentuhan dengan beragam khazanah keilmuan, bahkan tentunya belum semua ku rasakan dan ku dapatkan khazanah yang tersimpan dalam tradisi pesantren sebagai masyarakat ilmiah.

Dengan berkomunikasi bersama santri yang berasal dari berbagai daerah, di pesantren ku belajar sebuah keragaman budaya, suku dan bahasa.

setidaknya, di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pesantren tentunya harus mampu memberikan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan zamannya. Mulai dari pembelajaran bahasa asing (arab-inggris) sebagai alat komunikasi masyarakat dunia dan sebagai kunci ilmu pengetahuan untuk mampu membaca literatur dan tradisi ilmiah internasional.

Di era digital, sebagai konsekuensi dari pengembangan teknologi, akhirnya pesantren pun senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dengan menambah lagi pengalaman pembelajaran bagi santrinya, bukan hanya pembelajaran bahasa asing, tetapi juga pembelajaran teknologi komunikasi dengan alat komputerisasi pembelajaran.

Ketika santri sudah bersentuhan langsung dengan wawasan global menggunakan akses dunia maya yang tak ada batas penghalang dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan, maka santri di pesantren pun dengan menjaga tradisi luhur masyarakat ilmiah pesantren harus mampu menggunakan akses internet tanpa batas dengan berbagai macam hal yang positif.

Kesadaran dan inovasi pesantren agar santri go digital dan go global, merupakan suatu terobosan yang harus kita dukung dengan melakukan kampanye internet sehat, mediasi santri dalam mengakses literatur yang lebih luas dan tentunya mengarahkan santri agar menggunakan akses tanpa batas untuk meningkatkan wawasan ilmiah tanpa batas.

Semoga terobosan pesantren dengan mengembangkan santri agar go digital, merupakan terobosan yang mampu memberikan manfaat buat para santri dan bisa menambah wawasan yang lebih komprehensif.

Sepanjang sejarah, masyarakat pesantren sudah mampu menghasilkan karya yang gemilang, bahkan diakui oleh dunia internasional. dengan mengenbangkan akses dunia maya agar santri go digital, semoga akan lebih banyak lagi karya yang dihasilkan oleh masyarakat pesantren.

Pesantren kini bukan hanya sebagai tempat mengembangkan tradisi ilmiah lama, tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan santri untuk bisa terus berkarya dan maju.

Kini pesantren sebagai laboratorium yang komprehesif, bukan hanya sebagai laboratorium bermasyarakat, menempa akhlak tetapi juga harus mampu menjadi laboratorium mrngasah wawasan agar lebih tajam.

Semoga usaha yang dilakukan pesantren tentunya menjadi sebuah keberkahan buat semuanya dan menjalankan moto " almuhafadzatu 'ala qodumi as-shalih wa al-akhdzu min jadiidi al-ashlah" yaitu dengan menjaga tradisi lama yang baik dan mengembangkan tradisi yang baru dan lebih baik (maslahat)... 

Menjadi Santri Digital

Tuntutlah ilmu sampa negeri china " itulah kalimat penyemangat yang sering diungkapkan oleh Kiyai di Pesantren Daarul Uluum tempatku belajar.

memang kalimat itu sering ku bayangkan agar aku bisa belajar ke tempat yang jauh untuk menimba pengalaman yang lebih banyak.

Dengan berbagai keterbatasan, keinginanku takkan pernah surut untuk mendapatkan wawasan global yang go internasional. Walaupun tidak bisa secara langsung mengunjungi tempat-tempat pengembangan ilmu yang pesat seperti negara-negara maju, namun aku tetap ingin belajar dari berbagai macam tradisi keilmuan.

Diawali dengan belajar di pesantren, ku mulai bersentuhan dengan beragam khazanah keilmuan, bahkan tentunya belum semua ku rasakan dan ku dapatkan khazanah yang tersimpan dalam tradisi pesantren sebagai masyarakat ilmiah.

Dengan berkomunikasi bersama santri yang berasal dari berbagai daerah, di pesantren ku belajar sebuah keragaman budaya, suku dan bahasa.

setidaknya, di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pesantren tentunya harus mampu memberikan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan zamannya. Mulai dari pembelajaran bahasa asing (arab-inggris) sebagai alat komunikasi masyarakat dunia dan sebagai kunci ilmu pengetahuan untuk mampu membaca literatur dan tradisi ilmiah internasional.

Di era digital, sebagai konsekuensi dari pengembangan teknologi, akhirnya pesantren pun senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dengan menambah lagi pengalaman pembelajaran bagi santrinya, bukan hanya pembelajaran bahasa asing, tetapi juga pembelajaran teknologi komunikasi dengan alat komputerisasi pembelajaran.

Ketika santri sudah bersentuhan langsung dengan wawasan global menggunakan akses dunia maya yang tak ada batas penghalang dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan, maka santri di pesantren pun dengan menjaga tradisi luhur masyarakat ilmiah pesantren harus mampu menggunakan akses internet tanpa batas dengan berbagai macam hal yang positif.

Kesadaran dan inovasi pesantren agar santri go digital dan go global, merupakan suatu terobosan yang harus kita dukung dengan melakukan kampanye internet sehat, mediasi santri dalam mengakses literatur yang lebih luas dan tentunya mengarahkan santri agar menggunakan akses tanpa batas untuk meningkatkan wawasan ilmiah tanpa batas.

Semoga terobosan pesantren dengan mengembangkan santri agar go digital, merupakan terobosan yang mampu memberikan manfaat buat para santri dan bisa menambah wawasan yang lebih komprehensif.

Sepanjang sejarah, masyarakat pesantren sudah mampu menghasilkan karya yang gemilang, bahkan diakui oleh dunia internasional. dengan mengenbangkan akses dunia maya agar santri go digital, semoga akan lebih banyak lagi karya yang dihasilkan oleh masyarakat pesantren.

Pesantren kini bukan hanya sebagai tempat mengembangkan tradisi ilmiah lama, tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan santri untuk bisa terus berkarya dan maju.

Kini pesantren sebagai laboratorium yang komprehesif, bukan hanya sebagai laboratorium bermasyarakat, menempa akhlak tetapi juga harus mampu menjadi laboratorium mrngasah wawasan agar lebih tajam.

Semoga usaha yang dilakukan pesantren tentunya menjadi sebuah keberkahan buat semuanya dan menjalankan moto " almuhafadzatu 'ala qodumi as-shalih wa al-akhdzu min jadiidi al-ashlah" yaitu dengan menjaga tradisi lama yang baik dan mengembangkan tradisi yang baru dan lebih baik (maslahat)...

Selasa, 23 Februari 2010

belajar sabar dari si bungsu

Selesai shalat Isya, aku melihat ada sms terbaru di hp ku, dan ternyata dari si bungsu "Mbek" baehaqi..

"a udah sembuh belum..?? (19;40) tanyanya padaku karena sehari sebelumnya dia mendapatkan kabar kalau aku lagi sakit di Pesantren Daarul Uluum Bogor, tempatku belajar.

Memang hampir sudah dua bulan ku tak bertemu dengannya bahkan berkomunikasi sekalipun. Sehingga ketika dia menyapa dulu padaku membuat ku haru, apalagi di saat ku terbaring di tempat tidur sendirian, tak ada yang menyapa di kala sepi. seakan sms itu memecahkan kesepianku di pojok kamar di pesantren.

"Alhamdulillah sudah mendingan" jawabku singkat padanya.

Hore..alhamdulillah.. c Aa sudah sembuh..  " jawabnya dengan bahagia melalui sms.

Namun, kebahagiaannya  mengetahui kesehatanku membuatku bertanya-tanya apakah ada hal yang membahagiakan baginya yang membutuhkan kehadiranku.??.

kalau hari ulang tahunnya bukan besok" gumamku

lalu ku balas dengan sapaan " emang lagi ngapain di rumah bek..n mamah gie ngpaian ?? " sms ku padanya

lagi duduk aja a, mamah masih mengaji habis shalat isya,.. A..besok mau gak temenin nonton persikabo..?? (19;47) pintanya kuat sekali padaku.

Jarang sekali ku dipinta dengan kuat olehnya, biasanya di keluarga kami.. apapun kalau dia sudah meminta sesuatu, pasti kami berlomba untuk memenuhinya, karena dia jarang sekali meminta apapun yang dia inginkan pada kami.

dia adalah adik yang paling kami sayangi di rumah, dan setahuku hanya dia yang belum mengerti apa-apa ketika ayah kami meninggal. karena waktu itu seingatku umurnya masih sangat balita belum genap tiga tahun. bahkan, umurku saja waktu itu baru dua belas tahun.

Mungkin hanya dia di keluarga kami yang tidak hafal bagaimana rupa/wajah ayah kami. Sungguh sedih ketika ku mengingatnya.

dia lah yang selalu menemani ibuku setiap hari di saat beliau merindukan anak-anaknya yang lain yang sedang belajar di berbagai daerah. Ada aku di bogor sudah tiga belas tahun belum selesai juga, adikku yang satu lagi di cianjur sudah enam tahun di sana, dan juga ada adikku yang lain yang sedang "nyantri" di bandung.

seingatku semester yang lalu dia membuat prestasi baru dalam hidupnya yaitu sebagai juara satu di kelasnya pada hasil ujian  semester pertama, ketika ku bertanya padanya ingin hadiah apa..?? jawabannya sederhana hanya ingin aku pulang menemuinya.

hmm... ingin sekali ku memenuhi permintaannya, bahkan sebulan sebelumnya ketika adikku yang di bandung dia telpon untuk menemaninya menonton pertandingan kesebelasan kesayangannya itu langsung meluncur tanpa ragu.

mungkin ini giliranku" gumamku

namun, saat ini ada tugas dari pesantren tempatku belajar yang tidak bisa ku tinggalkan..karena sudah ku tunda selama aku kurang sehat. tapi,  berat sekali ku menolak ajakannya hanya sekedar ingin ditemani menonton pertandingan sepak bola.

Dengan berat hati ku balas smsnya dengan permohonan maafku tidak bisa menemaninya.

Rasa haru ku bertambah ketika balasannya bukanlah kekecewaan, tapi sebuah kesabaran yang ditunjukkannya..

"ya udah gak apa-apa, kalau sibuk mah.. mau nonton dari rumah saja di tv" jawabnya

si bungsu ini memang mengikuti perangai ibuku, yang penyabar dan  tak kenal lelah ketika harus merawat dan membesarkan sepuluh anaknya sendirian.

tak ku sangka, dia mengajariku sebuah kesabaran  dengan sangat sederhana, yaitu menemani ibuku setiap waktu.

tidak pernah meminta ketika dia tidak memiliki sesuatu, dan tidak pernah kecewa terhadap penolakan atas permintaannya.

Suatu saat ku harus membuat kalian bahagia. kini ku masih menuntut ilmu sesuai amanat Ayahku.




belajar sabar dari si bungsu

Selesai shalat Isya, aku melihat ada sms terbaru di hp ku, dan ternyata dari si bungsu "Mbek" baehaqi..

"a udah sembuh belum..?? (19;40) tanyanya padaku karena sehari sebelumnya dia mendapatkan kabar kalau aku lagi sakit di Pesantren Daarul Uluum Bogor, tempatku belajar.

Memang hampir sudah dua bulan ku tak bertemu dengannya bahkan berkomunikasi sekalipun. Sehingga ketika dia menyapa dulu padaku membuat ku haru, apalagi di saat ku terbaring di tempat tidur sendirian, tak ada yang menyapa di kala sepi. seakan sms itu memecahkan kesepianku di pojok kamar di pesantren.

"Alhamdulillah sudah mendingan" jawabku singkat padanya.

Hore..alhamdulillah.. c Aa sudah sembuh.. " jawabnya dengan bahagia melalui sms.

Namun, kebahagiaannya mengetahui kesehatanku membuatku bertanya-tanya apakah ada hal yang membahagiakan baginya yang membutuhkan kehadiranku.??.

kalau hari ulang tahunnya bukan besok" gumamku

lalu ku balas dengan sapaan " emang lagi ngapain di rumah bek..n mamah gie ngpaian ?? " sms ku padanya

lagi duduk aja a, mamah masih mengaji habis shalat isya,.. A..besok mau gak temenin nonton persikabo..?? (19;47) pintanya kuat sekali padaku.

Jarang sekali ku dipinta dengan kuat olehnya, biasanya di keluarga kami.. apapun kalau dia sudah meminta sesuatu, pasti kami berlomba untuk memenuhinya, karena dia jarang sekali meminta apapun yang dia inginkan pada kami.

dia adalah adik yang paling kami sayangi di rumah, dan setahuku hanya dia yang belum mengerti apa-apa ketika ayah kami meninggal. karena waktu itu seingatku umurnya masih sangat balita belum genap tiga tahun. bahkan, umurku saja waktu itu baru dua belas tahun.

Mungkin hanya dia di keluarga kami yang tidak hafal bagaimana rupa/wajah ayah kami. Sungguh sedih ketika ku mengingatnya.

dia lah yang selalu menemani ibuku setiap hari di saat beliau merindukan anak-anaknya yang lain yang sedang belajar di berbagai daerah. Ada aku di bogor sudah tiga belas tahun belum selesai juga, adikku yang satu lagi di cianjur sudah enam tahun di sana, dan juga ada adikku yang lain yang sedang "nyantri" di bandung.

seingatku semester yang lalu dia membuat prestasi baru dalam hidupnya yaitu sebagai juara satu di kelasnya pada hasil ujian semester pertama, ketika ku bertanya padanya ingin hadiah apa..?? jawabannya sederhana hanya ingin aku pulang menemuinya.

hmm... ingin sekali ku memenuhi permintaannya, bahkan sebulan sebelumnya ketika adikku yang di bandung dia telpon untuk menemaninya menonton pertandingan kesebelasan kesayangannya itu langsung meluncur tanpa ragu.

mungkin ini giliranku" gumamku

namun, saat ini ada tugas dari pesantren tempatku belajar yang tidak bisa ku tinggalkan..karena sudah ku tunda selama aku kurang sehat. tapi, berat sekali ku menolak ajakannya hanya sekedar ingin ditemani menonton pertandingan sepak bola.

Dengan berat hati ku balas smsnya dengan permohonan maafku tidak bisa menemaninya.

Rasa haru ku bertambah ketika balasannya bukanlah kekecewaan, tapi sebuah kesabaran yang ditunjukkannya..

"ya udah gak apa-apa, kalau sibuk mah.. mau nonton dari rumah saja di tv" jawabnya

si bungsu ini memang mengikuti perangai ibuku, yang penyabar dan tak kenal lelah ketika harus merawat dan membesarkan sepuluh anaknya sendirian.

tak ku sangka, dia mengajariku sebuah kesabaran dengan sangat sederhana, yaitu menemani ibuku setiap waktu.

tidak pernah meminta ketika dia tidak memiliki sesuatu, dan tidak pernah kecewa terhadap penolakan atas permintaannya.

Suatu saat ku harus membuat kalian bahagia. kini ku masih menuntut ilmu sesuai amanat Ayahku.




Minggu, 14 Februari 2010

Do'a dan keinginan

Teruslah berdo'a kepada Allah dan semoga Allah mengabulkan do'a kita " itulah pengantar salah satu kyai sebelum memulai pengajian rutin yang dilakukan oleh pengurus pesantren tempat ku belajar.

memang malam itu ada satu keinginan yang kuat dalam diriku untuk bisa diwujudkan dalam waktu dekat, karena keinginan ini sudah ku sampaikan dan ku tulis satu semester yang lalu, sehingga  bulan ini adalah waktu maksimal agak keinginaku tersebut terwujud.

Sebelum kyai memimpin pengajian, secara khusus ku sampaikan keinginan ku pada beliau agar seluruh peserta pengajian turut serta mendo'akanku akan niat yang kuat ini.

Dukungan kyai pun mengalir dalam pengantarnya, sehingga para peserta pengajian mengamini keinginanku dengan turut berdo'a.

Keesokan harinya, dengan tenang ku berangkat ke kampus dan mengharapkan agar doa dan keinginanku pada hari itu terkabul yaitu lulus dalam ujian pendahuluan proposal tesis yang sudah ku persiapkan selama hampir lima bulan lamanya.

Menurut panitia ujian, kemungkinan aku akan dipanggil terakhir kali oleh penguji, karena ketika mengumpulkan proposal yang diajukan memang makalahku lah yang terakhir dikumpulkan.

Satu per satu peserta ditunjuk oleh ketua sidang ujian, untuk mempresentasikan proposalnya. Suasana tegangku mulai terasa ketika ku menyaksikan hampir seluruh peserta ujian dikritik habis-habisan oleh penguji pada semua aspek.

Setelah seluruhnya mempresentasikan dan diuji oleh para penguji, kini giliranku menyampaikan proposal. Dengan tegas ku sampaikan poin-poin penelitian yang akan ku lakukan, sampai pada posisi ku secara keilmuan di tengah-tengah masyarakat akademik pada bidang atau tema yang ku ajukan.

Suatu hal yang berbeda dengan tradisi keilmuan di pesantren tempat ku belajar, ketika para penguji menanyakanku tentang ilmuwan atau akademisi yang mana yang akan kamu bantah pendapatnya dengan tesis kamu..??

Membantah suatu pendapat ulama atau masyarakat akademik lain bagiku memang menjadi suatu hal yang baru. sehingga ketika menjawab pertanyaan itu, ku harus menyatakan dengan tegas posisi bantahanku.

Setelah para penguji menyampaikan pandangannya atas proposal yang ku ajukan, akhirnya mereka melakukan rapat internal untuk membahas hasil ujian yang kami ikuti.

Selang sepuluh menik ku menunggu dengan peserta ujian lainnya. akhirnya ketika diumumkan, ku sangat bahagia, karena proposal yang ku ajukan diterima untuk diteruskan menjadi penulisan tesis.

Rasa bahagia ku memuncak karena memang hari itu sedari awal berkat doa dari semua pihak, ku mengikutinya dengan tenang, dan menjawab semua pertanyaan penguji tanpa ada keraguan.

Dengan bahagia ku pulang dari kampus ke pesantren tempatku belajar, dan ku kabari semua orang yang sedari tadi bertanya pada ku melalui sms akan hasil ujian ku hari ini.

Walaupun selama perjalanan diguyur hujan, namun perasaan bahagia itu tak bisa ku sembunyikan.

Dengan do'a, tentunya keinginan yang sudah terpatri terus terpacu agar memang benar-benar terwujud.

Subhanallah, doa memang membuat hati ku tenang, membuat diriku merasa terbimbing untuk memberikan yang terbaik untuk hidupku dan orang lain.

Ujian proposal ini tentunya merupakan langkah awal agar aku menghasilkan satu penelitian tesis dan semoga selama penelitian dan penulisannya ku diberikan kelancara oleh Allah SWT. Amiin.


Sabtu, 13 Februari 2010

Do'a dan keinginan

Teruslah berdo'a kepada Allah dan semoga Allah mengabulkan do'a kita " itulah pengantar salah satu kyai sebelum memulai pengajian rutin yang dilakukan oleh pengurus pesantren tempat ku belajar.

memang malam itu ada satu keinginan yang kuat dalam diriku untuk bisa diwujudkan dalam waktu dekat, karena keinginan ini sudah ku sampaikan dan ku tulis satu semester yang lalu, sehingga bulan ini adalah waktu maksimal agak keinginaku tersebut terwujud.

Sebelum kyai memimpin pengajian, secara khusus ku sampaikan keinginan ku pada beliau agar seluruh peserta pengajian turut serta mendo'akanku akan niat yang kuat ini.

Dukungan kyai pun mengalir dalam pengantarnya, sehingga para peserta pengajian mengamini keinginanku dengan turut berdo'a.

Keesokan harinya, dengan tenang ku berangkat ke kampus dan mengharapkan agar doa dan keinginanku pada hari itu terkabul yaitu lulus dalam ujian pendahuluan proposal tesis yang sudah ku persiapkan selama hampir lima bulan lamanya.

Menurut panitia ujian, kemungkinan aku akan dipanggil terakhir kali oleh penguji, karena ketika mengumpulkan proposal yang diajukan memang makalahku lah yang terakhir dikumpulkan.

Satu per satu peserta ditunjuk oleh ketua sidang ujian, untuk mempresentasikan proposalnya. Suasana tegangku mulai terasa ketika ku menyaksikan hampir seluruh peserta ujian dikritik habis-habisan oleh penguji pada semua aspek.

Setelah seluruhnya mempresentasikan dan diuji oleh para penguji, kini giliranku menyampaikan proposal. Dengan tegas ku sampaikan poin-poin penelitian yang akan ku lakukan, sampai pada posisi ku secara keilmuan di tengah-tengah masyarakat akademik pada bidang atau tema yang ku ajukan.

Suatu hal yang berbeda dengan tradisi keilmuan di pesantren tempat ku belajar, ketika para penguji menanyakanku tentang ilmuwan atau akademisi yang mana yang akan kamu bantah pendapatnya dengan tesis kamu..??

Membantah suatu pendapat ulama atau masyarakat akademik lain bagiku memang menjadi suatu hal yang baru. sehingga ketika menjawab pertanyaan itu, ku harus menyatakan dengan tegas posisi bantahanku.

Setelah para penguji menyampaikan pandangannya atas proposal yang ku ajukan, akhirnya mereka melakukan rapat internal untuk membahas hasil ujian yang kami ikuti.

Selang sepuluh menik ku menunggu dengan peserta ujian lainnya. akhirnya ketika diumumkan, ku sangat bahagia, karena proposal yang ku ajukan diterima untuk diteruskan menjadi penulisan tesis.

Rasa bahagia ku memuncak karena memang hari itu sedari awal berkat doa dari semua pihak, ku mengikutinya dengan tenang, dan menjawab semua pertanyaan penguji tanpa ada keraguan.

Dengan bahagia ku pulang dari kampus ke pesantren tempatku belajar, dan ku kabari semua orang yang sedari tadi bertanya pada ku melalui sms akan hasil ujian ku hari ini.

Walaupun selama perjalanan diguyur hujan, namun perasaan bahagia itu tak bisa ku sembunyikan.

Dengan do'a, tentunya keinginan yang sudah terpatri terus terpacu agar memang benar-benar terwujud.

Subhanallah, doa memang membuat hati ku tenang, membuat diriku merasa terbimbing untuk memberikan yang terbaik untuk hidupku dan orang lain.

Ujian proposal ini tentunya merupakan langkah awal agar aku menghasilkan satu penelitian tesis dan semoga selama penelitian dan penulisannya ku diberikan kelancara oleh Allah SWT. Amiin.


Senin, 08 Februari 2010

Kesederhanaan Kiyai

Kok di rumah gak punya gelas yang bagus yah..?? " tanya kiyai Aep padaku saat beliau bingung mencari gelas untuk memberi hidangan minuman air putih ke tamunya de ruang depan.

Kebetulan ku mampir ke rumah kiyai, karena harus menyampaikan pesan dari salah satu koleganya yang disampaikan melalui HP ku.

lalu ku berusaha membantu beliau menyiapkan minum buat tetamunya, sambil ku juga bingung mencari di mana istri pak kiyai biasa menyimpan gelas untuk menghidangkan minuman tetamu kiyai. Karena sebagai santrinya, ku juga berusaha menghormati tetamu kiyai yang berkunjung ke kediamannya.

Setelah ku menemukan gelas yang kami maksud, akhirnya ku tambah bingung di mana "tatakan/pisin" yang sama dengan yang sudah dihidangkan di depan bagi tamu yang lain.

Hmm... akhirnya ku baru mengerti, kenapa setiap kali ada tamu  pak kiyai berpesan kepadaku " apabila ada walisantri atau tamu yang datang, beliau memintaku untuk tidak membawanya ke rumah. :Cukup di kantor saja" minta pak kiyai. Karena kalau di kantor, orang kantor mungkin bisa langsung menyiapkan hidangan buat para tamu.

Sebagai pengasuh pesantren modern yang letaknya di tengah Kota Bogor, mungkin orang berfikir bahwa bertamu ke rumah pak kiyai akan lebih nyaman dan hidangannya pun lebih banyak  dibanding bertamu ke kantor pesantren.

Sederhana sekali kehidupan pak kiyai, jika dilihat atap rumahnya saja, ternyata belum pernah diperbaiki semenjak dibangun. Namun atap pesantren sudah beberapa kali beliau memerintahkan kepada bagian kerumahtanggaan pesantren untuk menggantinya. karena beliau khawatir para santri tidak nyaman belajar di pesantren apabila atap yang digunakan sudah rusak dan memungkinkan air hujan membuat kamar santri basah karena atapnya bocor.

Ditambah lagi lantai rumahnya masih terbuat dari "acian/pelesteran" semen bukan dari keramik seperti lantai kamar santri dan kelas santri untuk belajar.

Namun, yang menarik buatku adalah tumpukan kitab yang ada di lemari panjang yang membatasi ruang tamu dengan ruang keluarga. hampir lemari tersebut tidak cukup untuk menyimpan seluruh kitab yang dimiliki kiyai.

Kepemimpinan di pesantren tempatku belajar memang selalu menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, kesahajaan dan  ketekunan dalam belajar.

Dari sejarah pendirinya misalnya, beliau tidak mewariskan harta benda yang banyak untuk keluarganya, kecuali wakaf pesantren yang harus diurus oleh para keturunannya. Ketika banyak tamu yang berkunjung mencari rumah pak kiyai, yang didapat hanya kamar berukuran 4x4 ditambah satu kamar mandi.

Namun. apabila untuk pengembangan pesantren, semuanya disiapkan karena menurut beliau kenyamanan santri dalam belajar harus lebih diutamakan. dan akhirnya sekarang pesantren selain sudah memiliki pesantren filial (cabang) di daerah sukaraja nagrak seluas 2 hektar, juga sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitias : masjid yang sudah megah, seluruh kamar dan kelas santri yang permanen dan berlantaikan keramik, laboratorium komputer yang sudah mempunyai akses langsung dengan jaringan internet.

 Ini adalah salah satu gambaran kesederhanaan kiyai di pesantren tempatku belajar, walaupun begitu apabila urusannya untuk kenyaman santri beliau sangat antusias menyiapkannya.

Mudah-mudahan masa belajarku di sini mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Sehingga masih banyak ilmu yang bisa ku pelajari. Amiin.


.



Minggu, 07 Februari 2010

Kesederhanaan Kiyai

Kok di rumah gak punya gelas yang bagus yah..?? " tanya kiyai Aep padaku saat beliau bingung mencari gelas untuk memberi hidangan minuman air putih ke tamunya de ruang depan.

Kebetulan ku mampir ke rumah kiyai, karena harus menyampaikan pesan dari salah satu koleganya yang disampaikan melalui HP ku.

lalu ku berusaha membantu beliau menyiapkan minum buat tetamunya, sambil ku juga bingung mencari di mana istri pak kiyai biasa menyimpan gelas untuk menghidangkan minuman tetamu kiyai. Karena sebagai santrinya, ku juga berusaha menghormati tetamu kiyai yang berkunjung ke kediamannya.

Setelah ku menemukan gelas yang kami maksud, akhirnya ku tambah bingung di mana "tatakan/pisin" yang sama dengan yang sudah dihidangkan di depan bagi tamu yang lain.

Hmm... akhirnya ku baru mengerti, kenapa setiap kali ada tamu pak kiyai berpesan kepadaku " apabila ada walisantri atau tamu yang datang, beliau memintaku untuk tidak membawanya ke rumah. :Cukup di kantor saja" minta pak kiyai. Karena kalau di kantor, orang kantor mungkin bisa langsung menyiapkan hidangan buat para tamu.

Sebagai pengasuh pesantren modern yang letaknya di tengah Kota Bogor, mungkin orang berfikir bahwa bertamu ke rumah pak kiyai akan lebih nyaman dan hidangannya pun lebih banyak dibanding bertamu ke kantor pesantren.

Sederhana sekali kehidupan pak kiyai, jika dilihat atap rumahnya saja, ternyata belum pernah diperbaiki semenjak dibangun. Namun atap pesantren sudah beberapa kali beliau memerintahkan kepada bagian kerumahtanggaan pesantren untuk menggantinya. karena beliau khawatir para santri tidak nyaman belajar di pesantren apabila atap yang digunakan sudah rusak dan memungkinkan air hujan membuat kamar santri basah karena atapnya bocor.

Ditambah lagi lantai rumahnya masih terbuat dari "acian/pelesteran" semen bukan dari keramik seperti lantai kamar santri dan kelas santri untuk belajar.

Namun, yang menarik buatku adalah tumpukan kitab yang ada di lemari panjang yang membatasi ruang tamu dengan ruang keluarga. hampir lemari tersebut tidak cukup untuk menyimpan seluruh kitab yang dimiliki kiyai.

Kepemimpinan di pesantren tempatku belajar memang selalu menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, kesahajaan dan ketekunan dalam belajar.

Dari sejarah pendirinya misalnya, beliau tidak mewariskan harta benda yang banyak untuk keluarganya, kecuali wakaf pesantren yang harus diurus oleh para keturunannya. Ketika banyak tamu yang berkunjung mencari rumah pak kiyai, yang didapat hanya kamar berukuran 4x4 ditambah satu kamar mandi.

Namun. apabila untuk pengembangan pesantren, semuanya disiapkan karena menurut beliau kenyamanan santri dalam belajar harus lebih diutamakan. dan akhirnya sekarang pesantren selain sudah memiliki pesantren filial (cabang) di daerah sukaraja nagrak seluas 2 hektar, juga sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitias : masjid yang sudah megah, seluruh kamar dan kelas santri yang permanen dan berlantaikan keramik, laboratorium komputer yang sudah mempunyai akses langsung dengan jaringan internet.

Ini adalah salah satu gambaran kesederhanaan kiyai di pesantren tempatku belajar, walaupun begitu apabila urusannya untuk kenyaman santri beliau sangat antusias menyiapkannya.

Mudah-mudahan masa belajarku di sini mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Sehingga masih banyak ilmu yang bisa ku pelajari. Amiin.


.



Senin, 01 Februari 2010

inspirasi para kiyai

beberapa bulan ini ku sering mendengarkan kisah-kisah walisongo dan ulama yang berjasa bagi pengembangan islam di nusantara, kisah ini diceritakan oleh para kiyai di pesantren tempat ku belajar.

ku sebut mereka para kiyai, karena mereka adalah para penerus perjuangan pendiri pesantren yang memang sehari-hari selalu mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan pesantren, pengajian kitab serta pelayanan kepada masyarakat.

sungguh indah dan inspiratif mendengar para kiyai bercerita tentang hikmah dari perjalanan spiritual mereka ke makam para wali songo dan ulama dari pulau jawa, madura, sumatera hingga ke pulau dewata.

sebelum perjalanan mereka, sering ku dengar kegelisahan para kiyai akan berbagai persoalan yang mereka hadapi terutama dalam mengembangkan ajaran Islam di sekitar mereka. mulai permasalahan pesantren, kegelisahan hati sampai ke hal yang paling mendasar yaitu landasan filosofis.

setelah para kiyai berkumpul membahas berbagai persoalan yang mereka hadapi, serta kegelisahan hati yang menyelimuti, akhirnya mereka berkesimpulan untuk mencari inspirasi dan menggali motivasi agar semangat mereka tak pernah pudar dalam pengembangan masyarakat melaui pesantren.

dengan memutuskan untuk melakukan perjalan spiritual, akhirnya mereka pun memutuskan walisongo adalah tujuan perjalanan spiritualnya.

perjalanan para kyai ini ada yang dilakukan secara bersamaan sehingga menghasilkan sebuah reportase perjalanan yang ditulis langsung oleh penulis terkenal yaitu mataharitimoer reportase ini sangat bagus untuk dibaca yaitu ada dalam http://jejakwalisongo.blogspot.com dan http://jejakwalisongo.wordpress.com

Selain itu, pengelana semesta (salah satu kiyai) dalam rubrik "perjalanan menembus waktu" mendokumentasikan pengalamannya ikut dalam rombongan perjalanan spiritual itu, selengkapnya bisa di baca di http://pengelanasemesta.blogdetik.com

Namun, ada juga yang dilakukan dengan tanpa perencanaan, tanpa reportase tertulis sedangkan tujuannya tetap pada ziarah para wali songo dan ulama. dan aku tetap menjadi pendengar setia dari cerita perjalanan para kiyai.

Alhamdulillah, setelah perjalanan spiritual tersebut, banyak karya nyata yang dihasilkan oleh para kiyai untuk pengembangan masyarakat, diantara karya-karya tersebut adalah :

Pertama, Kiyai Nasrudin Latif (kiyai kampung dalam buku Guru Kehidupan) sudah berencana untuk mengembangkan pesantren dengan membangun salah satu cabang dari pesantren yang sekarang beliau pimpin.

Kedua, Kiyai Nasrudin Rahmani sedang mengembangkan proyek perumahan di sekitar pesantren yang bernilai puluhan milyar rupiah yang sekian persen dari keuntungannya untuk pengembangan pesantren.

Ketiga, pengelana semesta, akhirnya telah selesai menulis sebuah karya yang sedang dalam proses editing oleh penerbit yang insya allah bukunya tersebut akan menjadi pedoman bagi para santrinya di pesantren dan tentunya sebagai tuntunan ibadah praktis bagi masyarakat.

Keempat, mataharitimoer, sudah merampungkan karya novelnya yang kedua yaitu guru kehidupan dan sudah beredar di berbagai toko buku.

Kelima, Ozzy Maesyar akhirnya kini mau kembali masuk ke kelas untuk mengajarkan santri atas semua ilmu sejarah dan hukum yang beliau kuasai.

bagiku, cerita para kiyai dalam mendapatkan inspirasi dengan melakukan perjalanan spiritual ke makam walisongo dan para ulama nusantara merupakan cerita yang inspiratif, karena kini kehidpuan di pesantren dapat tergerakkan kembali ketika para kiyainya sudah mendapatkan tambahan semangat baru dalam mengembangkan masyarakat melalu pesantren.

Sungguh mulia para kiyai selau belajar dari para pendahulunya dalam pengembangan masyarakat melalui dakwah Islam.

Mudah-mudahan masih banyak ilmu yang ku dapatkan dari para kiyai, agar belajarku bukan hanya pada pembelajaran formal di pesantren, tapi dari berbagai hikmah yang di dapat para kiyai.

"Allahumma aarina al-haq haqq warzukna it-tibaa'ah wa aarina al-bathila baatila warzukna ijtinaabah"

inspirasi para kiyai

beberapa bulan ini ku sering mendengarkan kisah-kisah walisongo dan ulama yang berjasa bagi pengembangan islam di nusantara, kisah ini diceritakan oleh para kiyai di pesantren tempat ku belajar.

ku sebut mereka para kiyai, karena mereka adalah para penerus perjuangan pendiri pesantren yang memang sehari-hari selalu mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan pesantren, pengajian kitab serta pelayanan kepada masyarakat.

sungguh indah dan inspiratif mendengar para kiyai bercerita tentang hikmah dari perjalanan spiritual mereka ke makam para wali songo dan ulama dari pulau jawa, madura, sumatera hingga ke pulau dewata.

sebelum perjalanan mereka, sering ku dengar kegelisahan para kiyai akan berbagai persoalan yang mereka hadapi terutama dalam mengembangkan ajaran Islam di sekitar mereka. mulai permasalahan pesantren, kegelisahan hati sampai ke hal yang paling mendasar yaitu landasan filosofis.

setelah para kiyai berkumpul membahas berbagai persoalan yang mereka hadapi, serta kegelisahan hati yang menyelimuti, akhirnya mereka berkesimpulan untuk mencari inspirasi dan menggali motivasi agar semangat mereka tak pernah pudar dalam pengembangan masyarakat melaui pesantren.

dengan memutuskan untuk melakukan perjalan spiritual, akhirnya mereka pun memutuskan walisongo adalah tujuan perjalanan spiritualnya.

perjalanan para kyai ini ada yang dilakukan secara bersamaan sehingga menghasilkan sebuah reportase perjalanan yang ditulis langsung oleh penulis terkenal yaitu mataharitimoer reportase ini sangat bagus untuk dibaca yaitu ada dalam http://jejakwalisongo.blogspot.com dan http://jejakwalisongo.wordpress.com

Selain itu, pengelana semesta (salah satu kiyai) dalam rubrik "perjalanan menembus waktu" mendokumentasikan pengalamannya ikut dalam rombongan perjalanan spiritual itu, selengkapnya bisa di baca di http://pengelanasemesta.blogdetik.com

Namun, ada juga yang dilakukan dengan tanpa perencanaan, tanpa reportase tertulis sedangkan tujuannya tetap pada ziarah para wali songo dan ulama. dan aku tetap menjadi pendengar setia dari cerita perjalanan para kiyai.

Alhamdulillah, setelah perjalanan spiritual tersebut, banyak karya nyata yang dihasilkan oleh para kiyai untuk pengembangan masyarakat, diantara karya-karya tersebut adalah :

Pertama, Kiyai Nasrudin Latif (kiyai kampung dalam buku Guru Kehidupan) sudah berencana untuk mengembangkan pesantren dengan membangun salah satu cabang dari pesantren yang sekarang beliau pimpin.

Kedua, Kiyai Nasrudin Rahmani sedang mengembangkan proyek perumahan di sekitar pesantren yang bernilai puluhan milyar rupiah yang sekian persen dari keuntungannya untuk pengembangan pesantren.

Ketiga, pengelana semesta, akhirnya telah selesai menulis sebuah karya yang sedang dalam proses editing oleh penerbit yang insya allah bukunya tersebut akan menjadi pedoman bagi para santrinya di pesantren dan tentunya sebagai tuntunan ibadah praktis bagi masyarakat.

Keempat, mataharitimoer, sudah merampungkan karya novelnya yang kedua yaitu guru kehidupan dan sudah beredar di berbagai toko buku.

Kelima, Ozzy Maesyar akhirnya kini mau kembali masuk ke kelas untuk mengajarkan santri atas semua ilmu sejarah dan hukum yang beliau kuasai.

bagiku, cerita para kiyai dalam mendapatkan inspirasi dengan melakukan perjalanan spiritual ke makam walisongo dan para ulama nusantara merupakan cerita yang inspiratif, karena kini kehidpuan di pesantren dapat tergerakkan kembali ketika para kiyainya sudah mendapatkan tambahan semangat baru dalam mengembangkan masyarakat melalu pesantren.

Sungguh mulia para kiyai selau belajar dari para pendahulunya dalam pengembangan masyarakat melalui dakwah Islam.

Mudah-mudahan masih banyak ilmu yang ku dapatkan dari para kiyai, agar belajarku bukan hanya pada pembelajaran formal di pesantren, tapi dari berbagai hikmah yang di dapat para kiyai.

"Allahumma aarina al-haq haqq warzukna it-tibaa'ah wa aarina al-bathila baatila warzukna ijtinaabah"