Senin, 08 Februari 2010

Kesederhanaan Kiyai

Kok di rumah gak punya gelas yang bagus yah..?? " tanya kiyai Aep padaku saat beliau bingung mencari gelas untuk memberi hidangan minuman air putih ke tamunya de ruang depan.

Kebetulan ku mampir ke rumah kiyai, karena harus menyampaikan pesan dari salah satu koleganya yang disampaikan melalui HP ku.

lalu ku berusaha membantu beliau menyiapkan minum buat tetamunya, sambil ku juga bingung mencari di mana istri pak kiyai biasa menyimpan gelas untuk menghidangkan minuman tetamu kiyai. Karena sebagai santrinya, ku juga berusaha menghormati tetamu kiyai yang berkunjung ke kediamannya.

Setelah ku menemukan gelas yang kami maksud, akhirnya ku tambah bingung di mana "tatakan/pisin" yang sama dengan yang sudah dihidangkan di depan bagi tamu yang lain.

Hmm... akhirnya ku baru mengerti, kenapa setiap kali ada tamu  pak kiyai berpesan kepadaku " apabila ada walisantri atau tamu yang datang, beliau memintaku untuk tidak membawanya ke rumah. :Cukup di kantor saja" minta pak kiyai. Karena kalau di kantor, orang kantor mungkin bisa langsung menyiapkan hidangan buat para tamu.

Sebagai pengasuh pesantren modern yang letaknya di tengah Kota Bogor, mungkin orang berfikir bahwa bertamu ke rumah pak kiyai akan lebih nyaman dan hidangannya pun lebih banyak  dibanding bertamu ke kantor pesantren.

Sederhana sekali kehidupan pak kiyai, jika dilihat atap rumahnya saja, ternyata belum pernah diperbaiki semenjak dibangun. Namun atap pesantren sudah beberapa kali beliau memerintahkan kepada bagian kerumahtanggaan pesantren untuk menggantinya. karena beliau khawatir para santri tidak nyaman belajar di pesantren apabila atap yang digunakan sudah rusak dan memungkinkan air hujan membuat kamar santri basah karena atapnya bocor.

Ditambah lagi lantai rumahnya masih terbuat dari "acian/pelesteran" semen bukan dari keramik seperti lantai kamar santri dan kelas santri untuk belajar.

Namun, yang menarik buatku adalah tumpukan kitab yang ada di lemari panjang yang membatasi ruang tamu dengan ruang keluarga. hampir lemari tersebut tidak cukup untuk menyimpan seluruh kitab yang dimiliki kiyai.

Kepemimpinan di pesantren tempatku belajar memang selalu menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, kesahajaan dan  ketekunan dalam belajar.

Dari sejarah pendirinya misalnya, beliau tidak mewariskan harta benda yang banyak untuk keluarganya, kecuali wakaf pesantren yang harus diurus oleh para keturunannya. Ketika banyak tamu yang berkunjung mencari rumah pak kiyai, yang didapat hanya kamar berukuran 4x4 ditambah satu kamar mandi.

Namun. apabila untuk pengembangan pesantren, semuanya disiapkan karena menurut beliau kenyamanan santri dalam belajar harus lebih diutamakan. dan akhirnya sekarang pesantren selain sudah memiliki pesantren filial (cabang) di daerah sukaraja nagrak seluas 2 hektar, juga sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitias : masjid yang sudah megah, seluruh kamar dan kelas santri yang permanen dan berlantaikan keramik, laboratorium komputer yang sudah mempunyai akses langsung dengan jaringan internet.

 Ini adalah salah satu gambaran kesederhanaan kiyai di pesantren tempatku belajar, walaupun begitu apabila urusannya untuk kenyaman santri beliau sangat antusias menyiapkannya.

Mudah-mudahan masa belajarku di sini mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Sehingga masih banyak ilmu yang bisa ku pelajari. Amiin.


.



Tidak ada komentar: